Senin

UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit diare adalah Penyebab Utama Kesakitan dan Kematian pada anak di negara berkembang dengan perkiraan 1,3 Miliar dan 3,2 juta kematian setiap tahunnya. Secara keseluruhan anak – anak mengalami rata – rata 3,3 episode pertahun, tetapi di beberapa tempat dapat lebih dari 9 episode pertahun, sekitar 80% kematian yang berhubungan dengan diare terjadi pada dua tahun pertama.(1)
Sampai saat ini diare masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Bila ditinjau dari angka Kesakitan dan Kematian, dari beberapa survei yang pernah di lakukan menunjukkan angka kesakitan diare masih tinggi pada semua kelompok umur 280/1000 penduduk. Menurut SKRT tahun 1995 tercatat setiap tahunnya terdapat 112.000 kematian pada semua golongan umur per seribu dari kelahiran balita.(2)
Diare adalah buang air besar (defaksi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (100 – 200 Ml/jam) dan tinja berbentuk cair atau setengah cair, dapat pula disertai Frekuensi defekasi yang meningkat, beberapafaktor yang menjadi penyebab timbulnya penyakit diare adalah bakteri / virus melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja dan kontak langsung dengan penderita, sedangkan faktor lainnya meliputi Faktor Penjamu dan Faktor Lingkungan.
Diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan dan faktor yang dominan yaitu penyediaan air bersih, dan pembuangan tinja. Kedua faktor tersebut sangat berinteraksi dengan perilaku manusia kondisi lingkungan khususnya penyediaan air bersih untuk keperluan sehari – hari (minum dan masak) harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bayi manusia. Air bersih yang berasal dari mata air dan sumur dalam yang dapat diterima sebagai air yang sehat dan memenuhi ke tiga persyaratan tersebut di atas asalkan tidak tercemar oleh kotoran manusia dan bintang.
Masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang pokok untuk sedini mungkin di atasi. Karena kotoran manusia (Faeces) adalah sumber penyebab penyakit yang multi kompleks. Penyebaran penyakit yang bersumber pada kotoran manusia dapat berbagai macam jalan atau cara untuk mencegah kontaminasi tinja terhadap lingkungan atau sumber air. Maka pembuangan kotoran manusia haruslah di kelola dengan baik yang memenuhi syarat kesehatan.
Dinas Kesehatan kabupaten Oku Timur melaporkan kejadian diare pada tahun 2006 dan 2007 masing – masing 7.165 kasus dan 6.797 kasus – kasus tersebut di dapat dari hasil laporan 10 Puskesmas.
Hasil stratifikasi RSUD Gumawang Kabupaten Oku Timur pada tahun 2006 periode Januari sampai dengan Desember jumlah kasus diare sebanyak 1.823 kasus dengan kelompok umur <> 5 tahun sebanyak 1.001 penderita.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan data dan uraian latar belakang diatas rumusan masalah yang akan diteliti yaitu bagaimana gambaran epidemiologi deskritif penyakit diare pada balita di Rumah sakit instalansi rawat inap Gumawang pada tahun 2007 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Memperoleh gambaran epidemiologi deskriptif diare di Rumah Sakit
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan peyebaran diare menurut orang yang meliputi : umur, jenis kelamin, jenis pekerjaan, ras / suku, sosial ekonomi.
b. Mendeskripsikan penyebaran diare menurut waktu meliputi : bulan, tahun, dan musim.
c. Mendeskripsikan penyebaran diare menurut tempat meliputi : Pemukiman, suhu
D. Manfaat Penelitian
Bagi keilmuan
Sebagai bahan pustaka bagi fakultas kesehatan dalam upaya pengembangan ilmu kesehatan masyarakat khsusnya mengenai surveillance epdemiologi.

Bagi program
Sebagai bahan informasi atau bahan masukan bagi pihak – pihak lain yang berkepentingan dalam meningkatkan upaya – upaya pencegahan penyakit diare.
Bagi masyarakat
Memberikan pengalaman langsung dalam melakukan penelitian dan penulisan ilmiah.
E. Keaslian penelitian
Penelitian serupa telah dilakukan oleh Febriani Fakultas kesehatan masyarakat UNDIP dengan judul "epidemiologi penyakit diare pada balita di Rumah Sakit Umum daerah Klipang tahun 2006 dengan hasil terjadinya pertambahan penduduk setiap tahunnya dan masih kurang tersedianya sarana air bersih. Tingkat pengetahuan masyarakat masih rendah tentang informasi penyakit diare.

F. Lingkup keilmuan
1. Lingkup keilmuan
Penelitian ini termasuk dalam lingkup Kesehatan Masyarakat dalam bidang penyakit menular epidemiologi.
2. Lingkup materi
Lingkup materi ini adalah epidemiologi deskriptif
3. Lingkup lokasi
Lingkup penelitian ini yaitu di RSUD Gumawang kabupaten Oku Timur.
4. Lingkup metode
Penelitian ini menggunakan metode survei dengan cara observasi dan wawancara.
5. Lingkup obyek
Obyek atau sasaran penelitian yaitu di Instalasi Rawat Inap RSUD Gumawang kabupaten Oku Timur.
6. Lingkup waktu
Waktu pengambilan data yaitu : pada bulan Desember 2007.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Epidemiologi
1. Pengertian Epidemiologi
Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata : Epi yang berarti pada atau tempat, demos yang berarti penduduk dan logos yang berarti ilmu sehingga Epidemiologi berarti Ilmu yang mempelajari tentang penduduk . Pada saat ini epidemiologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan pada kelompok manusia serta faktor – faktor yang mempengaruhinya. (3) ( Azwar, 1988 ). Menurut Oman ( 1974 0 mendefinisikan epidemiologi sebagai suatu studi mengenai terjadinya dan distribusi keadaan penyakit dan perubahan terhadap penduduk, begitu juga determinannya dan akibat – akibat yang terjadi pada kelompok penduduk (4) ( Sutrisna, 1986 ).
2. Epidemiologi Deskriptif
Epidemiologi deskriftif hanya mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran suatu masalah kesehatan saja tanpa memandang perlu mencari jawaban terhadap faktor – faktor penyebab yang mempengaruhi frekuensi penyebaran atau munculnya suatu masalah kesehatan tersebut keterangan tentang frekuensi menunjuk kepada besarnya masalah yang ditemukan dimasyarakat sedangkan keterangan tentang penyebaran lazimnya dibedakan menurut ciri – ciri manusia tempat ataupun waktu terjadinya suatu masalah kesehatan.
Hasil dari pekerjaan epidemiologi deskritif ini hanya menjawab pertanyaan siapa ( who ) dimana ( where ) kapan ( when ) dari timbulnya suatu masalah kesehatan tidak menjawab pertanyaan kenapa ( why ) timbulnya masalah kesehatan tersebut.
3. Variabel – variabel Epidemiologi
Didalam epidemiologi deskritif dipelajari bagaimana frekluensi penyaklit berubah menurut perubahan variabel – variabel epidemiologi yang terdiri dari orang ( person ) tempat ( place ) dan waktu ( time ) dari ketiga tersebut diungkapkan sebagai gambaran sebagai berikut :
1. Variabel orang ( person )
Dalam epidemiologi deskritif ini variabel orang dapat dideskritifkan pada siapa yang menderita penyakit dan menghadapi masalah kesehatan adapun identitas dari orang tersebut adalah :
a. Umur
Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan dalam penyelidikan epidemiologi. Angka kematian dan kesakitan hampir semuanya keadaan menunjukan hubungan dengan umur.
b. Jenis Kelamin
Angka kesakitan lebih tinggi dikalangan wanita sedangkan angka kematian lebih tinggi dikalangan pria diduga oleh karena beberapa faktor – faktor lingkungan seperti lebih banyaknya pria yang menghisap rokok minum minuman keras candu pekerja keras berhadapan dengan pekerjaan yang berbahaya dan lain – lain.
c. Kelas Sosial
Kelas sosial adalah variabel yang sering pula terlihat hubungannya demngan angka kesakitan atau angka kematian. Kelas sosial ditentukan oleh unsur – unsur seperti pendidikan pekerjaan penghasilan dan ditentukan juga oleh faktor tempat tinggal. Hal ini dapat mempengaruhi aspek kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan dan tidaklah mengherankan apabila danya perbedaan angka kesakitan atau angka kematian.
d. Penghasilan
Seseorang yang kurang mendapatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin karena tidak cukup uang untuk membeli obat membayar ongkos berobat dan sebagainya.
e. Jenis Pekerjaan
Jenis Pekerjaan dapat berperan dalam timbulnya penyakit melalui beberapa jalan yaitu : faktor – faktor lingkungan yang langsung dapat menimbulkan kesakitan seperti bahan kimia gas – gas beracun radiasi dan benda fisik yang berkumpul kecelakaan situasi pekerjaan karena berkumpul di suatu tempat yang relatif sempit maka dapat terjadi penularan penyakit pada karyawan.


f. Status Perkawinan
Diduga angka kematian lebih tinggi pada yang tidak kawin karena ada kecenderungan orang – orang yang tidak kawin kurang sehat dan lebih sering kontak dengan penyebab penyakit.
g. Struktur Keluarga
Struktur keluarga mempunyai pengaruh terhadap kesakitan seperti penyakit menular dan gangguan gizi. Suatu keluarga besar karena besarnya tanggungan secara relatif harus tinggal bertdesakan dalam rumah yang besarnya terbatas hal ini menimbulkan penularan penyakit menular dikalangan keluarga
h. Golongan Eknik
Berbagai macam golongan etnik dapat berbeda didalam kebiasaan makan susunan genetik life style dan lain – lain, yang dapat mengakibatkan perbedaan dalam angka kesakitan maupun kematian.
2. Variabel Tempat ( Place )
Tempat terjadinya penyakit merupakan variabel penting dalam epidemiologi deskritif karena dapat menyebabkan perbedaan antara angka kesakitan dan angka kematian pada kelompok masyarakat berdasarkan tempat tingganya.
Distribusi geografis dari suatu penyakit berguna untuk perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat pula memberikan penjelasan etiologi penyakit. Perbandingan pola penyakit sering dilakukan antara lain : Batas – batas daerah pemerintahan daerah atau tempat berdasarkan batas – batas alam ( sungai laut pegunungan atau padang pasir ) kota atau pedesaan negara regional.
Dalam membandingkan angka kesakitan dan angka kematian antar daerah perlu diperhatikan terlebih dahulu di tipa – tiap daerah yaitu susunan umur, susunan kelamin kualitas data dan derajat representatif dari data terhadap seluruh penduduk
3. Variabel Waktu ( time )
Hubungan waktu dan penyakit merupakan kebutuhan dasar didalam analisa kebutuhan epidemiologi oleh karena perubahan – perubahan penyakit menurut waktu menunjukan adanya perubahan – perubahan etiologis.
Dilihat panjangnya waktu dimana terjadinya perubahan angka kesakitan berlangsung maka dibedakan menjadi :
a. Fluktuasi jangka pendek dimana perubahan angka kesakitan berlangsung beberapa jam, hari, minggu dan bulan.
b. Perubahan – perubahan secara siklus dimana perubahan angka kesakitan terjadi secara berulang – ulang dengan antara beberapa hari, bulan, musim tahun dan beberapa tahun.
c. Perubahan angka kesakitan yang berlangsung dalam periode waktu panjang bertahun – tahun atau berpuluhan tahun.


B. Epidemiologi Penyakit Diare
Penyebaran diare adalah keterangan tentang banyaknya masalah kesehatan yang disebabkan oleh diare yang diketemukan pada kelompok manusia yang diperinci menurut keadaan tertentu kemudian tersebut secara epidemiologi dapat di pengaruhi oleh tiga macam karakteristik yaitu menurut orang, tempat dan waktu.
1. Penyebab diare menurut orang
Dalam mengumpulkan informasi tentang penyebaran penyaklit diare menurut karakteristik orang tertentu, penyakit diare umumnya digunakan variabel deskriptif yang meliputi dua motalitas morbilitas data kependudukan yang dikumpulkan secara rutin. Variabel-variabel yang mempengaruhi penyebaran penyakit diare menurut orang yaitu umur sosial budaya status gizi dan perilaku.
Penyebaran diare menurut tempat
Penyebaran diare di suatu tempat dengan tempat lain berbeda. Perbedaaan tersebut diakibatkan oleh beberapoa faktor yang dapat mempengaruhi kejadian diare itu diantaranya keadaan geografis kebiasaan penduduk kepadatan penduduk dan pelayanan kesehatan. (5) (Dep.kes RI 1990)
Secara teoritis diketahui bahwa penularan penyakit diare dipengaruhi sanitasi dan hygiene perorangan namun adanya perbedaan isidensi disuatu tempat yang dipengaruhi oleh spesifikiasi tempat tersebut. Misalnya tempat pemukiman kumuh dengan jumlah penduduk yang padat akan lebih mudah terjadi penularan secara cepat bila dibandingkan pemukiman yang tidak terlalu padat.
Penyebaran diare menurut Waktu
Penyebaran diare dapat berada dalam frekuensi dan waktu tertentu, variasi kejadian dare menurut waktu berbeda antara daerah satu dengan daerah lainnya. Penelitian WHO menunjukkan bahwa insidensi diare dipengaruhi oleh iklim(6) (WHO, 1985)
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare
1. Pendidikan
Prevelensi diare pada keluarga dengan tingkat pendidikan terendah adalah lebih tinggi daripada yang tingkat pendidikan lebih baik karena pada umumnya keluarga dengan tingkat pendidikan rendah juga merupakan keluarga dengan pendapatan rendah dan perumahan yang padat serta fasilitas sanitasi yang kurang.
2. Status ekonomi
Status ekonomi dan pendidikan mempengaruhi tingkat sanitasi pemukiman yang berperan terhadap terjadinya kesakitan diare. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa variabel antara sebagai dampak dari status ekonomi rendah, kepadatan hunian ketersediaan keluarga jamban dan air bersih serta sarana untuk memelihara kebersihan porseorangan. Disamping itu status ekonomi rendah juga mempengaruhi keadaan gizi dan kemampuan dalam menjangkau pelayanan kesehatan.

3. Daerah
Dalam analisis ini lebih dari dua pertiga balita di pedesaan dengan resiko kesakitan diare sedikit lebih tinggi kesakitan balita yang tinggal di derah perkotaan.Di Indonesia walaupun distribusi air ledeng belum merata terutama di pedesaan tetapi prevelensi tidak banyak berbeda antara perkotaan dengan pedesaan. Hal ini mumgkin disebabkan kualitas dan kuantitas air ledeng belum memadai.
4. Jamban keluarga
Kurang dari sepertiga keluarga balita yang mmempunyai jamban keluarga bila dikaitkan dengan faktor jenis jamban resiko kesakitan diare balita dengan kakus cemplung tidak berbeda dengan jenis kakus septik tank tetapi yang tidak mempunyai fasilitas jamban keluarga (disungai atau tanah) mempunyai resiko kesakitan diare lebih tinggi. Di Indonesia kakus dengan septi tank pada umumnya model leher angsa. Dari analisis ini dapat diperkirakan bahwa penggunaan leher angsa ini belum efektif karena belum tersedianya air yang mencukupi untuk memelihara kebersihan. Disamping itu rumah tangga yang mempunyai jamban keluarga belum berarti bahwa seluruh anggota keluarga menggunakan jamban tersebut sebagian anggota keluarga terutama anak-anak masih buang air besar di luar jamban.
5. Sumber Air Minum
Sumber air minum merupakan salah satu sarana sanitasi yang tidak kalah pentingnya selain jamban keluarga yang menyebabkan kesakitan diare. Dalam analisis ini hampir seperempat balita dari keluarga yang tidak mendapatkan air bersih. Bila dikaitkan dengann sumber air minum resiko kesakitan diare balita dari keluarga dengan sumur terbuka tidak berbeda dengan balita yang keluarganya memakai air ledeng atau pompa karena kebiasaan masyarakat minum air yang sudah dimasak (mendidih). Tetapi keluarga yang air minum berasal dari sungai atau yang lain-lain mempunyai resiko tinggi menderita diare.
Jenis Kelamin
Resiko kesakitan diare pada balita perempuan sedikit lebih rendah dibandingkan balita laki-laki. Di Thailand dan di Idonesia juga didapatkan kasus diare yang lebih sedikit pada balita perempuan.
Umur
Lebih dari dua pertiga balita yang di analisis adalah berumur 2-4 tahun. Resiko kesakitan diare dari balita yang berumur 0-11 bulan (<1 tahun) dan 12-23 bulan (1 tahun) lebih tinggi dibandingkan balita yang berusia 24-59 bulan. Beberapa penelitian lain melaporkan angka kesakitan diare meningkat pada bayi umur 0-11 bulan dan anak umur 12-23 bulan dan menurut pada golongan umur 24-59 bulan. Keadaan ini antara lain disebabkan oleh belum terbentuknya kekebalan alami dari anak dibawah umur 24 bulan, sedang mereka sudah terpapar pada pengganti air susu ibu dan makanan tambahan yang pengolahan dan penyajiannya kurang hygienis.

Status gizi
Hampir sepertiga balita 2-4 tahun dengan status gizi kurang. Gizi kurang ini menganggu pembentukan kekebalan, mengurangi kadar fungsi sel granulosit, mengurangi kadar konplement sehingga memudahkan terjadinya kesakitan. Sehingga resiko angka kesakitan diare pada balita yang bergizi kurang adalah lebih tinggi.

D. Penyakit Diare
1. Pengertian Penyakit Diare
Pengertian diare adalah penyakit yang ditandai perubahan bentuk dan konsistensi tinja melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi berak (Buang Air Besar) lebih dari biasanya. (5) (Dep.kes RI 1990). Menurut WHO tahun 1980 Diare buang air besar encer atau encer lebih dari tiga hari sekali (2) (Dep.kes RI th.2000). secara operasional definisi diare adalah buang air besar lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya. Diare ini dibagi dua berdasarkan mulai dan lamanya yaitu diare akut dan diare kronik.
2. Jenis-jenis Diare
Berdasarkan buku pedoman pelaksanaan pemberantasan penyakit diare (2) (Dep.Kes RI th 2000), diare dikelompokkan menjadi 4 jenis yaitu :
1. Diare akut.
Diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari 7 hari). Akibat dari diare akut adalah dehidrasi, sedangkan kita tahu bahwa dehidrasi merupakan penyebab utama kematian pada penderita diare.
2. Disentri
Diare yang disertai darah pada tinjanya akibat dari desentri adalah anorexsia, penurunan berat badan dengan cepat kemungkinan terjadinya komplikasi pada mukosa.
3. Diare persisten
Diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus menerus. Akibat dari diare ini adalah penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.
4. Diare dengan masalah lain
Diare akut dan diare persisten yang mungkin juga disertai dengan penyakit lain seperti gangguan gizi atau penyakit lainnya.
3. Etiologi Penyakit Diare
Penyebab diare dikelompokkan dalam 6 golongan besar yaitu infeksi Malabsorbsi alergi keracunan immunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya. Yang sering ditemui dilapangan adalah diare yang disebabkan oleh infeksi dan keracunan makanan (Dep.kes RI 2003)
Dalam buku ajar Diare(1) (Dep.kes RI 1999) disebutkan ada tiga macam agen penyebab diare yaitu virus dan parasit. Adapun ketiga macam agen utama penyebab diare yaitu :


1. Bakteri
a. Escherichia coli
Escherichia coli merupakan 25 % penyebab diare dinegara berkembang penularannya biasa terjadi melalui makanan yang terkontaminasi dan air serta lebih sering pada musim panas. Umumnya diare ini dapat sembuh sendiri tetapi juga dapat jadi persisten.
b. Vibrio Cholera
Di daerah endemik kholera terdapat pada 5-10 % penderita yang dirawat di rumah sakit ada semua golongan umur. Kholera ini terdapat terutama pada anak berumur 2-9 th. Dalam kelompok ini terdapat pada sebagian penderita parah. Makanan dan air yang terkontaminasi dapat juga menjadi perantara terjadinya penularan. Penularan dari orang ke orang jarang terjadi tetapi mungkin terjadi pada penduduk yang padat dan keadaan yang kurang bersih. Vibrio Cholera melekat dan berkembang biak pada mukosa usus halus tempat memproduksi enterotoksin yang tidak tahan panas yang menyebabkan diare.
c. Shigela
Kuman ini merupakan penyebab disentri yang paling sering pada anak. Shigela hanya ditemukan pada manusia dan beberapa jenis binatang primata. Penyebarannya sering terjadi secara kontak orang ke orang karena dosis infeksi ususnya rendah (10-100 organisme) sudah dapat menyebabkan sakit. Penularaan melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi bisa juga terjadi infeksi Shigela mungkin menyebabkan demam dan diare cair atau menimbulkan sindrom disentri. Lamanya penyakit berkisar antara beberapa hari sampai 2 minggu kematian paling sering terjadi pada anak yang menderita kurang gizi
d. Camylobacteri Jejumi
Bakteri ini menyebabkan 4-14 % diare pada balita dinegara berkembang dan maju diseluruh dunia. Bakeri ini juga merupakan penyebab umum diare pada beberapa jenis spesies binatang (ayam, kambing, babi, anjing). Manusia yang terinfeksi melalui kontak langsung atau melalui tinjanya dari makanan atau air yang terkontamminasi dan kadang melalui orang ke orang.
e. Salmonella
Infeksi Salmonella terutama terjadi karena makanan yang tercemar hasil olahan yang berasal dari hewan unggas daging telur dan susu. Gastroenteristis Salmonella biasanya berbentuk diare cair akut dengan rasa mual nyeri dan demam.
2. Virus
Jenis virus ini penyebab diare antara lain : Enterovirus adenovirus dan rotavirus. Rotavirus adalah penyebab gastroenteritis yang paling penting pada bayi seluruh dunia rotavirus menyebabkan 50 % diare pada anak berumur 2-24 bulan yang datang pada sarana kesehatan dinegara berkembang. Penularannya terjadi melalui cara fecal-oral.
3. Parasit
a. Gioardia Lamblia
Gioardia Lamblia tersebar diseluruh dunia dengan angka prevelensi sampai 100 % pada beberapa penduduk anak yang berumur1-5 tahun paling sering terjangkit infeksi ini penularannya melalui makanan, minuman atau penularan dari orang ke orang.
b. Entamoebabistolyca
Angka prevelensi infeksi ini bervariasi tetapi penyebaraannya terjadi di seluruh dunia. Infeksi ini bertambah sesuai dengan bertambahnya usia. Penularannya melalui makanan dan minuman.
c. Crytosporidium
Crytosporidium adalah parasit bentuk kokus yang pada awalnya dikenal sebagai penyebab penyakkit diare pada binatang. Mula-mula diketemukan sebagai penyebab diare cair pada penderita yang menurun kekebalan tubuhnya. Khususnya penderita AIDS. Di negara berkembang parasit ini menyebabkan 4-11 % kasus Diare pada anak. Penularannya melalui fecal-oral.
d. Diare pada balita
Penyakit yang lazim pada anak-anak balita di negara berkemnbang salah satunya adalah diare. Penyakit diare terjadi biasanya karena sentuhan oleh anak atau isapan oleh bayi akan berbeda-beda rumah tangga air atau kotoran yang dikotori Faeces. Biasanya gejalanya cukup ringan kalau keadaan gizi anak baik maka ia akan cepat sembuh. Seringkali penyakit diare disebabkan oleh bakteri atau parasit. (shigella salmonella entamoe bahistolytica) yang menyebabkan kehilangan cairan dalam waktu singkatdan menurunkan nbafsu makan untuk minum serta badan sukar menghisap cairan. Diare sering kali menyertai penyakit seperti rubella terutama pada anak kurang gizi. Diare merupakan 50 % dari sebab-sebab kematian pada bayi postnatal sehingga pengonbatan paling penting adalah penambahan cairan lewt mulut.
Adapun gejala klinis dari diare ini adalah mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, nafsu makan turun atau tidak ada kemudian timbukl diare tinja air mungkin disertai klendir atau darah warna tinja makin lama makin lama berubah bentuk menjadi kehijau-hijauan tercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena keseringan defakasi dan tinja makin lama makin asam akibat makin banyaknya asam laktat yang berasal dari lakosa yang tidak dapat diaborsi usus diare dan dapat disebabkan karena lambang yang turut meradang atau akibat keseimbangan asam basah elektrolit. Maka gejala dehidrasi mulai tampak dengan tanda – tanda berat badan menurun turgor kulit keriput muka cekung bibir tampak kering.

E. Tata laksana penanggulangan diare
1. Mencegah terjadinya dehidrasi.
Mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan memberikan minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti air tajin, kuah sup, kuah sayur.
Macam cairan yang dapat digunakan akan tergantung pada :
a. Kebiasaan setempat dalam mengobati diare.
b. Tersedianya cairan sari makanan yang cocok
c. Jangkauan pelayanan kesehatan
d. Tersedianya oralit
Bila tidak mungkin memberikan cairan rumah tangga yang dianjurkan berikan air matang.
2. Mengobati dehidrasi.
Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak) penderita harus segera dibawa ke petugas kesehatan atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat yaitu dengan oralit, jika terjadi dehidrasi berat penderita harus diberikan cairan intra vena dengan linger laktat sebelum dilanjutkan terapi oral.
3. Memberikan makanan.
Berikan makanan selama serangan diare untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan berikan cairan termasuk oralit dan makanan sesuai anjuran. Anak yang masih minum Asi harus lebih sering diberi Asi. Anak yang minum susu formula diberikan lebih sering dari biasanya. Anak yang usianya 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah di cerna sedikit – seikit tapi sering. Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra di teruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak.
Mengobati masalah lain.
Apabila ditemukan penderita diare yang disertai dengan penyakit lain maka diberikan pengobatan sesuai dengan indikasi dengan tetap mengutamakan rehidrasi.
Kerangka teori
Berdasarkan tinjauan pustaka diatas dirumuskan teori :
Penyebaran
Malaria


Orang Waktu Tempat
- Umur / usia - Jam - Pemukiman
- Jenis kelamin - Bulan - Pedesaan
- Cara hidup - Musim - Perkotaan
- Sosial ekonomi - Tahun - Suhu
- Statur gizi - Kelembaban
- Hujan
- Angin
- Sinar matahari

Gambar : Modifikasi konsep / model penyebaran penderita malaria ditentukan oleh tiga faktor orang, tempat, waktu.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. KERANGKA PENELITIAN
Kerangka konsep
Karakteristik orang
- Umur
- Jenis kelamin
- Jenis pekerjaan
Penyebaran diare Waktu kejadian
- Bulan
- Tahun
- Musim
Tempat tinggal
- Pemukiman
- Suhu

B. VARIABEL YANG AKAN DITELITI
1) Orang
Variabel orang merupakan salah satu faktor yang penting dalam proses terjadinya penyakit. Pada dasarnya setiap orang dapat terkena diare balita, orang dewasa maupun orang tua.
2) Waktu
Variable waktu merupakan faktor yang harus diperhatikan ketika melakukan analisis morbiditas dalam studi epid. Karena pencatatan dan laporan insiden dan prevalensi penyakit selalu didasarkan waktu, bulanan dan tahunan.


C. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian sesuai yang bersifat deskriptif dengan maksud
untuk dapat gambaran tentang penyebaran diare di RSUD Gumawang.
Penelitian ini merupakan jenis penelitan Deskrptif yang menggambarkan data epidemiologi deskriptif penyakit diare berdasarkan variabel orang, tempat dan waktu melalui pengujian hipotesa yang dlakukan dengan metode survei.
D. DEFINISI OPERASIONAL

1. Orang adalah : Karakteristik individu yang menderita sakit diare yang
tercatat dalam kegiatan Passive Case Detection (PCD) dan dilakukan oleh petugas RSUD Gumawang.
· Penentuan malaria didasarkan pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop dan dinyatakan positif dalam darahnya jika ditemukan Plasmosium yang kemudian dinyatakan dalam SPR kemudian malaria diamati berdasarkan umur, jenis kelamin.
1.1. Umur adalah : tingkat umur penderita diare yang tercatat di RSUD Gumawang melalui laporan kegiatan Passive Case Detection (PCD) kemudian dikelompokkan dengan kriteria sebagai berikut :
< 1 tahun
< 1 – 4 tahun
< 5 – 14 tahun
< 15 – 44 tahun
> 45 tahun
1.2. Jenis kelamin adalah : laki – laki dan perempuan yang menjadi obyek penelitian.
2. Waktu adalah : periode kejadian penyakit diare yang dialami penderita diare di RSUD Gumawang yang diamati berdasarkan musim, bulan, tahun.
2.1. Musim adalah : tinggi rendahnya curah hujan.
Kategori : Musim hujan, dengan curah hujan 150,2 – 454,2 mm.
Musim kemarau, dengan curah hujan 65,6 – 150,2 mm.
2.2. Tahun adalah : bulan dalam hitungan kalender.
Kategori : Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni.
3. Tempat adalah : Pemukiman penderita diare di RSUD berdasarkan dari data pasien penderita diare yaitu Rekam medik RSUD Gumawang. Suhu adalah : rata – rata temperatur udara di RSUD Gumawang yang diukur dengan alat termometer dengan satuan derajat.

E. POPULASI DAN SAMPEL
Pupulasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita diare yang tercatat pada rekam medik tahun 2000 – 2003 yang dikumpulkan dari laporan kegiatan passive case detection ( PCD ) keseluruhan populasi tersebut digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komunitas BLOG

BILANG KEPADA SAYA KALAU, BLOG SAYA JELEK. BILANG PADA TEMEN KALAU, BLOG SAYA BAGUS.